










Ekologi dipelajari sebagai hierarki sistem biologis dalam interaksi dengan lingkungannya. Ekologi pada dasar hierarki adalah organisme. Faktor-faktor lingkungan dapat memengaruhi kehidupan organisme misalnya variasi keberadaan makanan di lingkungan atau interaksi antar spesies. Interaksi ekologi terjadi di antara skala hierarki yang beragam. Untuk memahami mengapa hewan didistribusikan sebagaimana adanya, ahli ekologi harus memeriksa berbagai fisiologis dan mekanisme perilaku yang digunakan hewan bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang biak. Keseimbangan fisiologis yang hampir sempurna antara produksi dan kehilangan panas dibutuhkan untuk sukses pada spesies endotermik tertentu (seperti burung dan mamalia) di bawah suhu ekstrim seperti yang ditemukan di Kutub Utara atau gurun. Spesies lain berhasil dalam situasi ini dengan melarikan diri kondisi paling ekstrim dengan migrasi, hibernasi, atau mati suri. Akar ekologi merupakan dasar ketertarikan manusia dalam mengobservasi makhluk lain. Namun demikian ekologi modern melibatkan lebih dari sekedar observasi,ini adalah eksperimen sains ketat dengan membutuhkan pengetahuan biologi yang cukup luas. Ahli ekologi merumuskan hipotesis, memanipulasi variabel lingkungan, dan mengobservasi hasilnya. Interaksi ekologi yang terdiri dalam suatu kawasan tertentu secara umum diklasifikan ke dalam empat tingkatan. (Hickman et al., 2002).
Populasi adalah kumpulan individu dengan spesies yang sama, tinggal pada tempat dan waktu tertentu serta dapat menghasilkan keturunan satu sama lain (Winata,1998). Jadi hewan tidak termasuk dalam populasi manusia di Kalimantan Selatan karena hewan berbeda spesies dengan manusia namun hewan termasuk ke dalam spesiesnya tersendiri yaitu kumpulan spesies hewan sejenis yang kemudian akan membentuk populasinya masing-masing dalam waktu dan daerah yang sama.
Komponen-komponen pembentuk ekosistem yaitu faktor abiotic, produsen, konsumen,detritivor, dan decomposer. Di antara komponen-komponen tersebut terjadi interaksi dengan saling membutuhkan dan saling memberikan sumber penghidupan. Faktor abiotik yang menyokong kehidupan tumbuhan sebagai produsen dan tumbuhan sebagai biotik menjadi penyokong bagi organisme lainnya seperti hewan dan manusia sebagai konsumen dan detritivor kemudian decomposer meliputi bakteri dan jamur mengembalikan unsur-unsur pembentuk makhluk hidup ke alam menjadi faktor-faktor abiotik yang terjadi secara berulang menjadi daur ulang materi dan aliran energi di alam secara seimbang. Sumber energy untuk kehidupan di bumi adalah matahari kemudian diikat dan digunakan oleh tumbuhan untuk sintesis zat-zat anorganik sederhana menjadi zat-zat energi. Kandungan energi dari tumbuhan dipindahkan ke hewan atau manusia melalui proses rantai makanan yang akhirnya materi dan energi kembali beredar ke alam melalui proses pembusukan/perombakan yang dilakukan oleh dekomposer. Adanya ketergantungan antara faktor biotik dan abiotik dan hubungan komponen di dalam biotik sendiri, menunjukkan kehidupan manusia bergantung pada kehidupan makhluk lainnya maupun kehidupan antar manusia sendiri. Pelajaran ini memberi petunjuk bahwa manusia tidak bisa menyombongkan diri atau tidak merasa perlu terhadap lainnya apalagi manusia sebagai insan sosial sehingga tidak sepantasnya manusia satu membunuh manusia lainnya. Manusia merupakan bagian dari alam yang menjaga ekosistem untuk kelangsungan hidupnya. Selama ini manusia beranggapan bukan bagian dari alam sehingga dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam (Utina & Bederan, 2009).
Menghubungkan organisme melalui interaksi makan untuk membuat jaringan makanan adalah dengan cara menelusuri rantai makanan setiap individu kemudian menghubungkannya menjadi jaring makanan setiap organisme heterotrof bergantung pada organisme lainnya untuk memperoleh makanan, dalam memperoleh makanan organisme-organisme tadi membentuk suatu pola bersambung yang di sebut rantai makanan. Rantai makann selalu di mulai dari organisme autotrof sebagai produsennya, kemudian hewan herbivora lalu di tingkat berikutnya hewan karnivora. Di alam terdapat banyak sekali rantai makanan sehingga terjadi interaksi antara rantai makanan 1 dan lainnya. Gabungan dari banyak rantai makanan ini membentuk interaksi yang di sebut jaring makanan (Woodward & Green, 2015)
Salah satu komponen ekosistem, jenis-jenis satwa liar sebagai individu maupun kelompok mempunyai peran dalam menjaga keseimbangan proses di alam. Secara umum, beberapa jenis satwaliar merupakan konsumen pertama dalam piramida makanan, sedangkan beberapa jenis lainnya merupakan konsumen kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan demikian, kelangsungan kehidupan satwa akan tergantung satu sama lain; dan penurunan populasi salah satu diantaranya akan berdampak negatif terhadap kesinambungan jaring-jaring makanan dan menghambat kelancaran arus dan siklus energi. Satwa herbivora (pemakan tumbuhan) merupakan kontrol bagi perkembangan tumbuhan, satwa karnivora (pemakan daging/pemangsa) merupakan pengendali perkembangan hewan mangsa. Demikian juga sebaliknya, kelimpahan tumbuhan dapat mengontrol perkembangan hewan herbivora, dan hewan-hewan mangsa dapat mengontrol perkembangan pemangsa.Saling kontrol inilah yang membuat dinamika populasi dalam suatu komunitas berlangsung secara alami, sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga (Mangunjaya et al., 2017).
Hal utama ekosistem adalah kesaling-tergantungan. Tidak ada satu komponenpun yang dapat berdiri sendiri tanpa dipengaruhi dan mempengaruhi komponen lainnya. Jika satu komponen berubah, maka perubahannya akan membuat komponen lain juga berubah; jika berubahnya ke arah tidak baik maka komponen lain pun akan berubah ke arah tak baik (Mangunjaya et al., 2017). Analisis mengenai dampak lingkungan adalah merupakan salah satu perangkat preemtif dan preventif pengelolaan lingkungan hidup (Farahwati, 2020).
Bencana alam dikategorikan menjadi 3 grup spesifik, yaitu (Moe & Pathranarakul, 2006) :
Agar ekosistem tetap terjaga kita dapat melakukannya dengan cara mencegah kerusakan ekosistem laut dan darat seperti :
Setiap organisme akan beradaptasi dengan lingkungannya jika terjadi suatu perubahan terhadap lingkungannya yang mengakibatkan organisme tersebut melakukan adaptasi. Penjelasan ini didasarkan pada teori darwin (1809-1882) yang menyatakan bahwa makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang akan bertahan hidup atau bisa juga disebut dengan “Survival of the fittest” (Baharuddin & Idrus, 2020).
Selain faktor alam kepunahan dari organisme juga disebabkan oleh campur tangan manusia sepereti perusakan habitat dan pemanfaatan SDA berlebihan, selain itu kepunahan juga terjadi akibat perburuan dan perdagangan ilegal vegetasi dan hewan. Kepunahan organisme secara alami dapat diakibatkan oleh perubahan iklim yang ekstrem dan dapat juga disebabkan oleh epidemi penyakit, asteroid atau spesies invansif. Faktor tersebut dapat mengurami jumlah organisme dari suatu spesies yang mana jika terjadi penurunan jumlah organisme maka akan menuju ke kepunahan atau menjadi sulit ditemukan (Samedi, 2015).
Secara umum penyebab kepunahan spesies karena 2 hal yaitu kerusakan habitat akibat konfersi habitat alami dan pemanfaatan SDA dengan cara merusak. Yang kedua pemanfaatan spesies dengan perburuan dan perdagangan ilegal, serta pemasukan spesies bersifat infasif. Kepunahan organisme disebabkan oleh faktor alam, perubahan iklim yang ekstrem dan dapat juga disebabkan oleh epidemi penyakit, asteroid atau spesies invansif (Samedi, 2015).
1.Konsep sikap kita harus dirubah menjadi lebih peduli lingkungan.
2.Pelestarian lingkungan hidup
3.Memelihara kebersihan lingkungan.
4.Pengetahuan tentang pentingnya pelestarian lingkungan harus diberikan agar perilaku positif dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan dapat didapatkan (Darmawan & Fadjarajani, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, H., & Idrus, I. K. 2020. Mutasi Genetik dan Teori Evolusi. Jakarta : Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus.
Darmawan, D., & Fadjarajani, S. (2016). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Pelestarian Lingkungan Dengan Perilaku Wisatawan Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan (Studi Di Kawasan Objek Wisata Alam Gunung Galunggung Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya), Jurnal Geografi, 4(1).
Farahwati. (2020). Pembangunan Berkelanjutan menjadi Dasar Terintegrasi dalam Pembangunan Suatu Wilayah berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Legalitas, 5(1), 65-85.
Hickman, C. P., Roberts, L. S., & Larson, A. (2002). Animal Diversity. New York : The McGraw−Hill Companies.
Mangunjaya, F. M., Hayu, S. P., Imran, S. L. T., Ahmad, S. A., Chairul, S., Sunarto., Mifta, H., & Taufik, M. (2017). Pelestarian Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem. Jakarta : Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup & Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia.
Moe, T. L., & Pathranarakul, P. (2006). An Integrated Approach to Natural Disaster Management. Disaster Prevention and Management: An International Journal, 15(3), 396-413.
Samedi. (2015). Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia: Rekomendasi Perbaikan Undang-Undang Konservasi. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 2(2).
Utina, R., & Baderan, D. W. K. (2009). Ekologi dan lingkungan hidup. Gorontalo.
Winata, L. (1998). Budidaya Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya.
Woodward, J, & J. Green. (2015) . Ekologi. Bandung : PT. Pakar Raya.
Catatan : Tulisan ini merupakan Ringkasan Materi 11 Pertemuan 1-10 Ekologi Dasar, ditulis oleh : Camalia Maisya – 1911013220016, Madyan Akmal Hidayat – 1911013110003, Yhoe Alfianda – 1911013210021, dan Zahratul Munawarah – 1911013120001
(Catatan Kuliah Pertemuan Pertama Ekologi Lanjut)
Era kuliah baru sudah dimulai sejak tanggal 29 September 2020, dan dan semua perkuliahan dilakukan secara daring(online) termasuk dengan kuliah Ekologi Lanjut di Program Studi Biologi FMIPA Univesitas Lambung Mangkurat. Lalu apa yang dimaksud dengan ekologi lanjut?
Ekologi lanjut atau advanced ecology secara istilah adalah kajian ekologi yang bersifat lanjut yakni lebih dari sekedar kajian dasar ekologi. Secara umum, ekologi lanjut mencoba memahami berbagai masalah yang terjadi dalam berbagai skala individu, populasi, komunitas dan ekosistem.
Masalah yang ditimbulkan oleh aktivitas makhluk hidup (antropogenik atau manusia secara umum) tersebut akan menimbulkan reaksi yang disebut dengan respon ekologis. Respon ekologis ini bentuknya bermacam-macam dan selalu berubah sepanjang waktu dan tempat sesuai dengan skala yang dipelajari.
Apa yang perlu dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan ekologis? Tentunya pendekatan ekologis dipakai untuk memecahkan masalah ekologis agar respon yang dihasilkan dapat menghasilkan strategi yang diterapkan secara cepat dan tepat dan meminimalkan dampak negatif karena perubahan ekologi tersebut.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana caranya agar manusia bisa beradaptasi bencana ekologis seperti : kekeringan, banjir, erosi, hilangnya habitat, kemusnahan spesies eksotik, perubahan iklim, dan termasuk juga bencana kemanusiaan. Tentunya semua ini memerlukan strategi yang tepat berdasarkan kaidah dan prinsip ekologis yang mendasarkan pada hubungan timbal baik antara komponen biotik dengan abiotik yang berkesinambungan dan simultan pada berbagai skala ruang dan waktu.
Strategi ekologis tidak hanya memerhatikan hubungan di atas, namun juga memberikan perhatian dari aspek spiritual sebagai salahsatu fungsi ekosistem yakni menyadarkan esensi mahkluk hidup sebagai hamba yang wajib beribadah dan mengesakan Allah Subhanahuwata`ala sehingga aturan, proses dan fungsi yang dijalankannya selalu bersandar kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam hal ini doa menjadi senjata yang ampuh secara ekologis meskuipun tidak bisa terlihat secara virtual kehadirannya. Terkait dengan kebijakan penyelenggaraan kuliah secara daring dalam rangka menghindari penularan wabah covid19, maka otomatis mahasiswa harus memiliki kemauan (niat) dan kemampuan (belajar dan mengikuti petunjuk) yang benar agar kesempatan kuliah daring dapat digunakan sebaik-baiknya untuk menimba ilmu yang penting untuk menunjang pembelajaran daring.
Diantaranya adalah ilmu penguasaan keterampilan menulis , seperti aplikasi Microsoft word, kemudian aplikasi penulisan Pustaka otomatis (seperti Mendeley), aplikasi pengolah data (Microsoft Excel) dan aplikasi penampil data seperti Microsoft Power Point. Aplikasi lain yang tidak kalah penting untuk dikuasai adalah analisis data (semisal SPSS, versi gratisnya adalah GNU PSPP) dan aplikasi pemetaan digital semisal : Google Maps, Arc GIS dan QGIS.
Mari bersemangat untuk terus belajar meski ada keterbatasan di era digital ini terutama dengan tiadanya tatap muka secara langsung antara dosen dengan mahasiswa.
Kata kunci : strategi, ekologi, lanjut, aplikasi, covid-19
Diizinkan untuk copy paste dengan mencantumkan link tulisan ini, dan jangan jadi plagiat
Mata kuliah ini membahas tentang apakah ekologi itu, arus energi dalam ekosistem, daur hara dalam ekosistem, ekologi populasi, interaksi antar populasi berbagai spesies, ekologi dan evolusi, ekologi komunitas, dan isu-isu yang terkait dengan ekologi manusia (pertanian dan pangan manusia, Polusi dan pemanasan global, dan ekologi dan konservasi).
Pengetahuan tentang biologi dewasa ini disadari fungsi pentingnya bagi kesejahteraan manusia. Dengan demikian pengetahuan tentang biologi sangat diperlukan sebagai dasar untuk pengembangan ilmu-ilmu lanjutan. Oleh karena itu diperlukan mata kuliah Ekologi yang merupakan mata kuliah lanjut yang diberikan bagi yang tertarik ke bidang minat kajian Lingkungan. Mata kuliah ini diberikan untuk membantu pemahaman yang komprehensif tentang hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dengan demikian mahasiswa yang telah mengikuti kuliah ini diharapkan mampu menerapkan dalam pengembangan pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidangnya
Pada akhir kuliah mahasiswa dapat mensintesa dan mengevaluasi konsep-konsep yang dipelajari di dalam ekologi. Juga, mahasiswa mampu menggunakan dan menerapkan konsep-konsep ekologi dalam melakukan tugas akhir mahasiswa
7. Hasil pembelajaran (Learning outcomes– LO)
Materi Pembelajaran
Praktikum
Penilaian
No | Komponen Nilai | Prosentase (%) |
1 | Praktikum | 25 |
2 | Ujian Tengah Semester | 30 |
3 | Tugas | 15 |
4 | Ujian Akhir | 30 |
Referensi
Penilaian terhadap dosen :
1 | Kehadiran dosen selalu sesuai jadwal |
2 | Materi kuliah sesuai dengan silabi |
3 | Sumber/bahan kuliah terdapat di Ruang Baca |
4 | Dosen memberikan referensi pendukung |
5 | Materi kuliah mudah dipahami |
6 | Penguasaan dosen terhadap materi kuliah |
7 | Banyak mendapat materi/sesuatu yang baru |
8 | Dosen memberikan latihan dan pembahasan soalnya |
9 | Dosen sangat membantu dalam belajar (memberi kesempatan bertanya, konsultasi, diskusi, dsb) |
10 | Soal/kuis/tes sesuai dengan materi kuliah |
11 | Soal/kuis/tes tidak terlalu sukar/sedang |
12 | Dosen transparan dalam memberikan nilai akhir |
13 | Dosen memanfaatkan fasilitas media pembelajaran e-learning ULM |
14 | Dosen aktif melakukan diskusi forum dan mengadakan quiz pada e-learning |
15 | Dosen membagikan materi bahan belajar yang disebarkan melalui e-learning |
Penilaian terhadap mahasiswa :
1 | Kehadiran mahasiswa selalu sesuai jadwal |
2 | Mahasiswa mengkritisi materi kuliah yang diberikan dosen sesuai silabi |
3 | Mahasiswa mencari dan memeroleh sumber/bahan kuliah di Ruang Baca |
4 | Mahasiswa dapat menemukan dan meringkas referensi pendukung |
5 | Mahasiswa memahami materi kuliah yang diberikan dosen |
6 | Mahasiswa menguasai materi kuliah yang diajarkan dosen |
7 | Mahasiswa mengembangkan materi/sesuatu yang baru dari dosen |
8 | Mahasiswa mengerjakan latihan dan pembahasan soalnya |
9 | Mahasiswa memanfaatkan bantuan dosen dalam belajar |
10 | Mahasiswa mengerjakan soal/kuis/tes sesuai dengan materi kuliah |
11 | Soal/kuis/tes tidak terlalu sukar/sedang |
12 | Mahasiswa mendapatkan nilai akhir yang transparan |
13 | Mahasiswa memanfaatkan fasilitas media pembelajaran e-learning ULM |
14 | Mahasiswa aktif melakukan diskusi forum dan quiz pada e-learning |
15 | Mahasiswa memelajari materi bahan belajar melalui e-learning |
Poin-poin penting terkait mata kuliah dan praktikum Ekologi Dasar :
Apa yang dimaksud dengan populasi? Sebuah populasi dikatakan sebagai satu kelompok individu yang berasal dari jenis yang sama dan menempati area tertentu yang relatif sama. Ilmu yang memelajari populasi adalah ekologi populasi yang fokus kajiannya ialah pada faktor-faktor yang memengaruhi ukuran populasi sepanjang waktu. Dalam hal ini ciri-ciri populasi akan selalu terkait dengan parameter kepadatan/kerapatan dan penyebaran/dispersi. Kepadatan adalah jumlah yang menunjukkan keberadaan individu pada unit area atau volume tertentu pada waktu. Sedangkan penyebaran adalah pola penempatan individu pada ruang tertentu yang dianggap sebagai batas-batas sebuah populasi.
Apakah batas populasi selalu sama? Batas populasi selalu menunjukkan dinamika atau perubahan, dimana hal ini akan selalu tergantung dari tempat atau habitat atau ruang populasi itu berada dan pada waktu populasi itu menggunakan tempatnya.
Coba lihat, apakah ini contoh populasi? These iguanas live in trees over a River in the North East corner of Costa Rica. Like many lizards, iguanas are cold-blooded, which means they don’t generate their own heat. However, these animals have adapted to live in a wide range of environments. While usually found in rainforest or near water, species of iguanas can be found in the desert and in other land environments where they get their water from their food sources.
Pola Penyebaran Populasi. Ada tiga bentuk pola penyebaran populasi yakni seragam, acak, dan mengelompok. Penjelasannya adalah sebagai berikut : Uniform and random distributions are relatively rare and occur only where environmental conditions are fairly uniform. A uniform distribution results from intense competition or antagonism between individuals. Random distribution occurs when there is no competition, antagonism, or tendency to aggregate. The conditions are uniform. It is rare for all these conditions in the environment to be met. Clumping is the most common distribution because environmental conditions are seldom uniform, reproductive patterns favor clumping, and animal behavior patterns often lead to congregation. The optimum density for population growth and survival is often an intermediate one; undercrowding can be as harmful as overcrowding (Gambar 1).
Gambar 1. Bentuk pola penyebaran populasi yang umum dijumpai di lingkungan
Pada lingkungan nyata, pola penyebaran populasi yang mengelompok (clumped) cenderung banyak ditemukan pada tipe populasi yang menjadi pemangsa. Contohnya : populasi domba di padang rumput, populasi ikan di dekat batu karang, ataupun populasi penyu di pesisir pantai. Lalu apa yang menyebabkan populasi organisme yang berbeda ini mengumpul? Jawabannya bahwa distribusi kelompok dalam spesies tertentu akan bertindak sebagai mekanisme untuk melawan predasi (pemangsaan) serta bagi pemangasa akan menjadi mekanisme yang efisien untuk menjebak atau menyudutkan mangsa. Bukti-bukti telah banyak ditunjukkan bahwa satu paket binatang yang lebih berkumpul dalam besar cenderung memiliki kemampuan pembunuhan dalam jumlah yang lebih besar.
Cara menduga ukuran populasi. Ada tiga macam teknik yang bisa digunakan untuk mengukur seberapa besar populasi yang ada di suatu tempat (terkait jumlah dan kelimpahan). Cara pertama adalah menghitung total jumlah individu. Teknik ini mudah dilakukan jika organisme yang diukur ukurannya besar dan luasnya wilayah yang dijelajahi tidak terlalu besar. Cara kedua dilakukan dengan cara membagi area yang diamati menjadi bentuk kuadran, kemudian hitunglah jumlah individu yang ada di beberapa kuadran. Selanjutya anda bisa anda memperkirakan populasi di seluruh area.
Cara ketiga adalah Teknik Mark-and-recapture: Dalam hal ini sejumlah individu terbatas (misalnya 20) ditangkap secara acak dan ditandai dengan menggunakan pewarna atau tag, kemudian dilepaskan kembali ke lingkungan asalnya. Di lain waktu kelompok hewan kedua ditangkap secara acak dari populasi dan persentase individu yang ditandai juga ditentukan. Jika 10% dari hewan yang berada dalam kelompok kedua ini berhasil ditangkap kembali, maka 20 yang asli (diperoleh dari penagkapan pertama0 jumlahnya mewakili 10% populasi keseluruhan sehingga populasinya adalah 200. Anda bisa lihat rumus menggunakan metode ini (CMR=Capture Mark Recapture) ada pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah populasi menggunakan metode tandai-tangkap-tandai kembali (CMR).
Mari kita lihat contohnya. Dua puluh individu ditangkap secara acak dan ditandai dengan menggunakan pewarna atau tag dan kemudian dilepaskan kembali ke lingkungan. Dalam kasus ini maka jumlah hewan yang ditandai n1= 20. Di lain waktu kelompok hewan kedua diambil secara acak dari populasi tersebut. Beberapa individu yang sudah ditandai, katakanlah 10 individu (x) yang ditandai berhasil ditangkap kembali dari total 35 individu yang berhasil ditangkap kedua kalinya. Maka kita sekarang tahu bahwa n2 = 35 dan x = 10. Jadi, terapkan rumus dan pecahkan untuk perkiraan ukuran populasi : 𝑁 = 𝑠𝑛 / 𝑥 = (20)*(35) / 10 = 700/10 = 70. Oleh karena itu, jumlah populasi yang berada di tempat tersebut diperkirakan sebanyak 70 individu.
Kesimpulan
Konsep populasi adalah dinamis, sesuai dengan keadaan waktu dan tempatnya. Pembatasan populasi hanyalah disebabkan oleh keterbatasan manusia dalam mengamati dan menentukan batas-batas populasi secara tetap.
Tugas :